Minggu, 05 Januari 2020


E.  PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK
Perangkat lunak berorientasi objek berbeda dari perangkat lunak procedural (konvensional) dalam hal analisis, perancangan, struktur dan teknik-teknik  pengembangannya. Bahasa pemrograman berorientasi objek mempunyai ciri-ciri adanya pembungkusan (encapsulation), keanekaragaman (polymorphism), dan pewarisan (inheritance) yang membutuhkan dukungan pengujian tertentu. Fokus pengujian perangkat lunak berorientasi objek dimulai pada hasil analisisnya, dilanjutkan pada hasil perancangannya, dan diakhir pada hasil pemrogramannya (Rochimah, 1997).
1.        Model Uji (Test Model)
Berbagai model pengujian perangkat lunak berorientasi objek diusulkan oleh para peneliti. Setiap model mempunyai konstruksi atau aturan yang menjadi dasar dalam langkah-langkah pengujian. Dalam pengujian class, Siegel (1996) mendefinisikan tiga model fungsional yang digambarkan dalam struktur objek model pengujian dalam gambar 1 berikut ini :

2.        State-Transition Model

Transisi dalam pengujian method (operasi) suatu class menunjukkan konsep perilaku class. Setiap method dalam class mengekspresikan beberapa elemen dari keseluruhan perilaku class. Dalam beberapa metoda perancangan berorientasi objek menggunakan model State-Transition untuk merepresentasikan perilaku  class. State (Status) suatu objek adalah kombinasi dari semua nilai atribut. Pada saat tertentu, status bersifat statik. Untuk model dinamik objek, perlu   ditambahkan transisi dari satu status ke status lainnya dan terjadilah suatu aksi. Model ‘transisi-status’ digambarkan dengan grafik, dimana simpul menyatakan status dan busur menyatakan transisi.
Boris Beizer memberikan beberapa aturan untuk pengecekan model “Transisi-status”, yaitu :

a)        Verifikasi bahwa status telah merepresentasikan himpunan satus dengan benar

b)        Cel model untuk semua kemungkinan event suatu class, yaitu transisi dari setiap status untuk setiap method dalam class dan cek spesifikasi perancangannya

c)        Cek terhadap ketetapan satu tansisi untuk setiap kombinasi “eventstate”. Lakukan pengecekan, misal dengan representasi matriks sebagai kombinasi kemungkinan status dan event

d)       Cek status yang tidak terjangkau dan status mati, dimana pada status tersebut tidak ada lintasan atau transisi

e)        Cek aksi yang tidak benar(invalid), termasuk method (operasi) yang tidak ada atau method yang tidak sesuai dengan kebutuhan selama transisi.

3.        Rencana Uji (Test Plan)

Perancangan pengujian dilakukan dengan menyiapkan standarstandar yang harus dipenuhi dalam proses pengujian. Jika tidak sesuai dengan standar, maka proses pengujian telah menemukan kesalahan. Standar-standar tersebut harus terdokumentasi dengan baik. Kasus uji terdiri atas sekumpulan masukan untuk pengujian, sekumpulan kondisi yang harus dieksekusi dan hasil yang diharapkan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

4.    Teknik Pengujian Berbasis Status (State-based testing / SBT)

     Pengujian berbasis status adalah bentuk implementasi pengujian class. Hal utama dalam SBT adalah pengujian nilai yang disimpan dalam suatu objek pada suatu saat. Nilai tersebut merepresentasikan status dari suatu objek. SBT juga melakukan validasi interaksi yang terjadi antara transisi dan status suatu objek. StateChart dapat digunakan untuk membantu dalam SBT.

 

 

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar